![]() At the daytime the tree casts shadow on the screen wall seen from inside as the shadow play and conversely at the night time, the shadows of the museum displays are seen from the inner-court. ![]() ![]() The facade of the new building is cladded with translucent panels that imitate the wayang screen. From the inner court, the contrast between the new simple-contemporary addition and the old ones is visible. Wayang kulit Kelantan shows greater level of shadow distortion compared to wayang kulit purwa due to the differences in the size of kelir (screen), distances and positions of light source. This open space gives the outdoor break among the building masses, and from this open space the natural light enters the buildings. The main feature of this design is the introduction of an inner court between the existing adjacent building and the new in-fill structure behind it and a bridge across the inner court to connect both. The design proposal preserves the whole structures of existing museum with the facade dated from 1912, and the adjacent building from the same period but put some openings to connect to the new in-fill building in the vacant portion of the site. This proposal won the second prize of the Architectural Design Competition for Jakarta Wayang Museum Expansion, 2004, (held by Jakarta City Government and Indonesian Institute of Architects – Jakarta Chapter. Pada siang hari bayang-bayang dari tajuk pohon jatuh ke bidang tampak dan terlihat dari dalam seperti bayangan wayang, sementara pada malam hari bayangan objek pameran dari dalam tampak dari pelataran. Tampak depan bangunan baru berupa bidang tembus cahaya yang terinspirasi dari kelir (layar pertunjukan wayang). Dari pelataran dalam ini juga tampak kontras antara bangunan baru berciri kontemporer dan polos dengan bangunan lama dengan langgam zamannya. Ruang pelataran terbuka ini memberi jeda di tengah-tengah massa bangunan, dan dari ruang terbuka ini cahaya alami masuk ke dalam bangunan. Hal penting dalam rancangan ini adalah adanya sebuah pelataran dalam di antara bangunan sebelah yang lama dengan sisipan baru dan sebuah jembatan yang menghubungkan keduanya melintas di atas pelataran. Usulan ini merencanakan bukaan-bukaan untuk menghubungkan bangunan lama dengan bangunan baru yang disisipkan pada bagian lahan yang kosong. Proposal rancangan ini mempertahankan seluruh bangunan Museum Wayang yang merupakan dari bangunan dari tahun 1912, dan bangunan di sebelahnya dari periode yang sama. Usulan ini menjadi pemenang kedua dalam Sayembara Arsitektur untuk Pengembangan Museum Wayang Jakarta, 2004 (diselenggarakan oleh Pemprov DKI Jakarta dan IAI Jakarta)
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |